Artikel ini adalah simpulan dari tulisan reksha laksana dalam mengomentari fenomena token artis beberapa tahun lalu (part1 dan part2).

Dalam era industri kripto yang terus berkembang, fenomena “artis bikin crypto” telah menjadi pembicaraan hangat di kalangan para investor. Munculnya token artis yang menawarkan berbagai proyek bisnis menarik, seperti NFT, game “play to earn” (P2E), dan metaverse, telah memancing minat banyak orang. Namun, apakah investasi pada token artis benar-benar “to the moon”? Mari kita telaah satu persatu.

Pertama, mari membahas NFT (Non-Fungible Token). Tulisan sebelumnya memberikan pemahaman yang cermat mengenai potensi investasi dalam NFT. Sebuah NFT harus memiliki salah satu dari tiga potensi: sebagai investasi dengan keterbatasan yang membuat banyak orang ingin memilikinya, manfaat nyata di dunia nyata seperti diskon atau hak istimewa tertentu, atau meningkatkan kehormatan pembelinya (self esteem). Poin-poin ini memberikan arahan yang jelas kepada pembaca untuk berpikir kritis sebelum terjun ke investasi NFT. Dengan demikian, pembeli diingatkan untuk memastikan bahwa NFT yang akan mereka beli memiliki nilai yang jelas.

Kedua, game “play to earn” (P2E) menjadi sorotan berikutnya. Konsep ini menjanjikan kemungkinan menghasilkan uang melalui bermain game. Namun, seperti yang diuraikan dalam tulisan sebelumnya, kesuksesan game P2E tergantung pada sejumlah faktor kritis. Pertama-tama, syarat masuk ke dalam permainan harus mudah dan terjangkau. Selain itu, reward yang diberikan harus sebanding dengan usaha dan biaya yang diinvestasikan. Analisis ini menunjukkan kebijaksanaan dalam menghadapi tren populer seperti P2E, dengan mengingatkan pembaca untuk tetap objektif dalam menilai apakah investasi ini akan memberikan hasil yang diinginkan.

Terakhir, metaverse menjadi titik fokus terakhir. Meskipun potensi pertumbuhan metaverse di masa depan diakui, analisis kritis terhadap proyek-proyek lokal mengungkapkan beberapa kendala yang harus diatasi. Pertama, kendala penggunaan, terutama seberapa mudah akses ke metaverse tersebut. Tantangan kedua adalah eksposur, yaitu sejauh mana proyek dapat menjangkau dan menarik pengguna. Kendala-kendala ini membuka diskusi tentang kepraktisan penggunaan metaverse saat ini, dengan catatan bahwa teknologi yang masih berkembang mungkin membuat akses menjadi lebih rumit. Selain itu, pertimbangan mengenai eksposur juga menyoroti tantangan dalam menarik berbagai kelompok demografis, terutama dalam hal pemasaran kepada fansbase yang mungkin memiliki karakteristik yang beragam.

Kesimpulannya, artikel ini mengajak pembaca untuk lebih berpikir kritis dalam menghadapi tren investasi kripto terkini. Investasi pada token artis bukanlah keputusan yang seharusnya diambil secara gegabah. Dengan menganalisis potensi NFT, mempertimbangkan kriteria keberhasilan dalam game P2E, dan menyadari kendala-kendala dalam proyek metaverse lokal, pembaca diingatkan untuk selalu melakukan riset yang matang sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam tren yang sedang berkembang di dunia kripto. Ingatlah, meskipun peluang keuntungan besar dapat menjadi daya tarik, kebijaksanaan dan analisis yang mendalam adalah kunci untuk mengelola risiko dan mencapai hasil investasi yang lebih baik.